Medan – Lurah di Medan Sebuah insiden tak biasa menyedot perhatian warga Kota Medan. Seorang lurah melaporkan warganya sendiri ke polisi setelah mengaku didorong hingga tercebur ke parit saat sedang melakukan pemantauan di lingkungan tugasnya. Alih-alih menemukan solusi, sang lurah malah terjebak masalah… secara harfiah.
Kejadian ini terjadi di kawasan Kecamatan Medan Marelan, saat sang lurah disebut tengah meninjau kondisi drainase dan membersihkan lingkungan. Suasana awalnya disebut kondusif, hingga terjadi cekcok dengan salah satu warga. Dari adu argumen, lalu dorongan, dan… byur! Lurah masuk ke parit yang kebetulan penuh air kotor.
“Kami hanya ingin menyampaikan keluhan soal saluran mampet, tapi beliau marah. Eh, malah ada dorong-dorongan,” ujar salah satu saksi di lokasi.
Lurah Melapor, Warga Tak Terima

Baca Juga : Tawuran Medan David Nainggolan Tewas Korban Salah Sasaran
Tak terima dengan insiden tersebut, lurah yang bersangkutan langsung melaporkan warga yang mendorongnya ke pihak kepolisian. Ia menyebut telah mengalami kekerasan fisik saat menjalankan tugas negara.
“Saya ke sana menjalankan tugas sebagai aparatur pemerintahan. Tapi justru mendapat perlakuan kasar,” ujar lurah dalam laporan tertulisnya.
Namun di sisi lain, warga yang dilaporkan balik menyebut bahwa tidak ada unsur kesengajaan mendorong, melainkan terjadi dalam situasi saling dorong karena emosi. Ia juga menyayangkan sikap sang lurah yang memilih jalur hukum ketimbang menyelesaikan secara musyawarah.
Banjir Reaksi, Netizen Terbelah
Kisah lurah nyemplung ke parit ini langsung menyebar cepat di media sosial dan grup-grup WhatsApp warga. Banyak yang menyayangkan insiden ini terjadi hanya karena miskomunikasi antara pejabat dan warga.
Beberapa mendukung langkah lurah untuk menegakkan wibawa, tapi banyak juga yang menilai seharusnya seorang pemimpin bisa lebih tenang dalam menghadapi kritik masyarakat.
“Jadi lurah harus siap basah, apalagi kalau lagi sidak got,” tulis netizen sarkastik di salah satu komentar.
Mediasi atau Meja Hijau?
Polsek setempat telah memanggil kedua belah pihak untuk klarifikasi. Saat ini, kasusnya masih dalam tahap penyelidikan awal, dan ada kemungkinan mediasi ditempuh untuk meredakan ketegangan.
Namun bila tidak ada titik temu, laporan bisa naik ke tahap penyidikan. Sementara itu, beberapa tokoh masyarakat setempat telah menawarkan diri sebagai mediator agar insiden “parit berdarah” ini tidak merusak hubungan lurah dan warga.
Penutup: Saat Emosi Lebih Dalam dari Parit
Insiden lurah tercebur ini menyiratkan satu hal penting: hubungan antara pemimpin lokal dan warga tak boleh sebatas formalitas. Kritik warga harus ditanggapi dengan hati, bukan hanya otoritas. Sebaliknya, warga juga perlu menyampaikan keluhan dengan cara yang bermartabat.

![20251111-8f1f3395-7e23-4931-8fd5-5d6edd8b0b1c[1]](http://k9krw.com/wp-content/uploads/2025/11/20251111-8f1f3395-7e23-4931-8fd5-5d6edd8b0b1c1-148x111.jpeg)

![demo-tutup-tpl-1762750088756_43[1]](http://k9krw.com/wp-content/uploads/2025/11/demo-tutup-tpl-1762750088756_431-148x111.jpeg)
![saksi-kasus-hansip-ditembak-pelaku-curanmor-1762675471014_169[1]](http://k9krw.com/wp-content/uploads/2025/11/saksi-kasus-hansip-ditembak-pelaku-curanmor-1762675471014_1691-148x111.jpeg)
![Suasana-penjualan-monja-di-Pasar-Simpang-Melati-Medan-1[1]](http://k9krw.com/wp-content/uploads/2025/11/Suasana-penjualan-monja-di-Pasar-Simpang-Melati-Medan-11-148x111.jpg)